Serinus Canaria atau lebih dikenal dengan burung kenari ini adalah salah satu burung menawan yang juga memiliki kicauan merdu dan khas. Namanya diambil dari habitat aslinya yaitu di kepulauan Canaria (Spanyol), Jean de Berthan Cout adalah seorang pelaut asal prancis yang pertama kali menemukan hewan mungil nan cantik ini di kisaran abad 15.
Dengan keindahan yang dimilikinya, alhasil membuat burung ini diminati oleh orang spanyol yang kemudian dibawanya berlayar kepenjuru Eropa. Hingga pada abad ke-17 burung kenari benar – benar sudah terdomestikasi, makin banyak orang yang memelihara dan sudah mampu untuk mengembangbiakkan. Bahkan kala itu burung kenari sempat menjadi primadona / komoditas mahal karena hanya dimiliki oleh kalangan menengah keatas atau bahkan bangsawan sekalipun.
Namun disisi lain, disekitaran akhir abad 18 ada beberapa orang yang memanfaatkan kelebihan lain dari burung pemakan biji – bijian ini. Bukan seperti di Negara kita yang mungkin hanya mempertontonkan keindahan warna dan suaranya saja, akan tetapi memanfaatkan dan melibatkannya langsung dalam dunia pertambangan sebagai alat detektor gas beracun.

Kandang kenari yang dirancang khusus ini digunakan oleh para penambang,
yang perlu mendeteksi penumpukan gas metana dan karbon monoksida yang mematikan di dalam tambang.
document by scienceandindustrymuseum.org.uk
Lewis Pollard (Asisten Kurator – Science & Industry Museum) di Manchester 27 Maret 2018 membeberkan tentang adanya sebuah kotak misterius yang bernama “Canary Resusciators” didalam museumnya, sebuah perangkat yang digunakan untuk menyadarkan kembali burung kenari setelah tidak sadarkan diri.
Singkatnya, pada kedalaman – kedalaman tertentu para penambang akan berhadapan dengan resiko menghirup gas yang amat mematikan yaitu karbon monoksida. Namun dengan kelebihan dan tingkat sensitifitas kenari dalam mendeteksi udara / gas walau dalam jumlah kecil, hal ini akan membuat burung kenari bereaksi lebih cepat daripada manusia.
Alat ini ditemukan oleh John Haldane ahli fisiologi skotlandia, yang ketika itu diminta untuk membantu menentukan penyebab ledakan di Tylorstown Colliery pada tahun 1896. Diduga ledakan itu disebabkan oleh penumpukan karbon monoksida. Secara teknis pintu bagian depan alat tersebut akan tetap terbuka, burung kenari aman tidak akan kabur karena ada pintu kedua sebagai penghalang. Setelah kenari menunjukkan tanda-tanda keracunan karbon monoksida dan pingsan, pintu akan ditutup dan katup akan segera dibuka, memungkinkan oksigen dari tangki di atas dilepaskan dan menghidupkan kembali kenari. Para penambang pun kemudian diharapkan untuk mengevakuasi area bahaya tersebut.

Pun demikian sama halnya seperti yang dijelaskan dalam sebuah jurnal ekologi 2016, Penulis utama Profesor Patrick Doncaster dan rekannya Dr James Dyke dari Universitas Southamton juga memaparkan bahwa Burung kenari ini mampu memberikan sinyal peringatan dini tentang perubahan atau titik kritis yang besar dan berpotensi bencana dalam ekosistem. Dalam studinya mereka ingin menunjukkan bahwa informasi tentang kesehatan atau ketahanan ekosistem secara keseluruhan mungkin tersembunyi dalam data spesies yang mungkin dianggap tidak penting.
Awalnya mereka memilih tiga ekosistem danau di China dan mereka pun dapat mendeteksi sinyal yang jelas dari titik kritis yang mendekat di ekosistem tersebut dari perubahan kelimpahan spesies melalui analisis data multi-dekade fosil diatom (kelompok ganggang) dan chironomid (pengusir hama laut) saat mereka bersaing untuk mendapatkan sumber daya di bawah tekanan lingkungan. Dalam beberapa kasus, mereka dapat mendeteksi sinyal peringatan dini hingga tiga dekade sebelum titik kritis yang sebenarnya.
Para peneliti tersebut mengidentifikasi setiap perubahan yang terjadi melalui gangguan komposisi, yang kira-kira setara dengan bagaimana komunitas spesies bercampur aduk. Degradasi lingkungan yang berulang tentu akan sangat berdampak pada ekosistem dan mempengaruhi banyak spesies disekitarnya.
Keruntuhan dan hilangnya spesies kunci mungkin masih bisa digantikan dengan spesies yang kelompok kecil, tapi akan bertahan berapa lama ?

Pada dasarnya burung kenari sangat mudah berdaptasi, mempunyai tingkat penyesuaian diri terhadap lingkungan yang begitu mengesankan, kemudian metabolisme / ketahanan tubuh yang kuat. Selain itu yang menarik adalah sistem pernafasan kenari terancang untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin, sehingga ketika menghirup udara mereka akan sangat cepat mengambil oksigen dan pada saat bersamaan juga sangat cepat menghirup udara beracun atau udara yang kurang baik.
Hal ini akan menempatkan ekosistem ke dalam transisi kritis atau titik di mana sistem mengarah ke keadaan alternatif yang bisa sangat sulit untuk dipulihkan jika ketidakseimbangan ini terus terjadi dan tidak terkendali. Kerentanan spesies kenari menunjukkan peran kelompok ini sebagai indikator sensitif dari kekuatan lingkungan, mereka mampu menyadari dan merespon lebih awal hal – hal buruk yang bisa terjadi. Namun seringkali kehadiran mereka dianggap tidak memiliki arti apapun bagi manusia disekitarnya.
Manusia mungkin tidak secara intensional ingin menjadi makhluk yang arogan dan merasa superior dibandingkan alam, karena semua terjadi secara evolutif dengan sangat cepat dan begitu saja. Kesadaran dan perilaku manusia berubah karena mulai berpikir bahwa tanpa taring ataupun cakar, manusia sudah mampu berburu dan menghancurkan apa saja yang menghalangi didepannya maupun yang menghantui dibelakangnya. Pemahaman ini lah yang mungkin membawa manusia merasa sebagai makhluk yang paling tepat berada di posisi teratas rantai makanan.