Theatering Mereka hadir dengan formasi yang unik dan sangat berkarakter, terdiri dari Nadya sebagai vokalis utama, Cintia vokalis 2 yang mengisi karakter vokal scream, Novanda dan Dwi pada posisi gitar, Helly pada bass, serta Fandi sebagai penggebuk drum. Terbentuk pada september 2017, mereka dengan cepat menarik perhatian skena musik underground di Kota Malang. Band ini mencengkeram kuat sebuah misi, mereka berharap kemunculannya dapat memantik pergerakan bawah tanah untuk kembali menghidupkan kembali citra Malang sebagai barometer musik rock dan underground.
Sejak kemunculannya, Theatering telah mencatat berbagai pengalaman manggung yang cukup mengesankan. Mengawali debutnya mereka perform di Kampus Ng’indie Night, yang baginya cukup meninggalkan jejak pertama yang tak terlupakan. Dua tahun berselang, kemudian pada 2019 mereka berhasil menerobos line up KickFest. “Istimewa mas, jelas ini salah satu pengalaman Istimewa sih mas, baru berjalan 2 tahun nge’band udah bisa menapakkan kaki dipanggung event sekelas KickFest”, Ujar Fandi. Lebih lanjut Batu Ramadhan Festival yang diselenggarakan oleh Batu Total Independent, hingga menjadi band pembuka untuk bintang tamu Stand Here Alone di Outfest 2022.

Formasi lengkap THEATERING (dari kiri Novanda, Helly, Nadya, Cintia, Dwi, Fandi)
Bassis Theatering Helly mengatakan salah satu pencapaian terbaru mereka yang tak kalah seru yaitu bisa tampil di event Malang Nominor Fest #1 pada6 oktober 2024 kemarin. “ya udah tentu kalo itu mas, Kopian Mbareng memang gokil, luar biasa lo bisa ngumpulin para sesepuh – sesepuh itu. Gak nyangka akhirnya bisa main bareng sama wong – wong lawas”, jawab helly sambil sedikit terperangah. tentu ini menjadi pengalaman luar biasa bisa satu panggung dengan band-band underground legendaris asal Kota Malang. Bagi mereka panggung bukanlah tempat untuk sekedar perform, tapi juga merupakan tempat untuk terus belajar, berkembang dan berinovasi.
Namun di sisi lain, perjalanan mereka nyatanya juga tidak selalu mulus. Mereka pernah mendapat beberapa pengalaman yang tidak mengenakkan, mulai dari rumor-rumor tak sedap yang mengancam solidaritas kita didalam band. Bahkan, ada juga momen-momen di mana mereka merasa “diganggu” Ketika perform diatas panggung. Namun demikian, semua ini justru semakin menguatkan mental dan kekompakan mereka sebagai band.
Berbicara musikalitas, Theatering memilih Progressive Metal sebagai genre utama mereka. Baginya genre ini memiliki tantangan yang luar biasa, Dwi sang gitaris menyampaikan bahwa dirinya suka sekali dengan sesuatu yang baru. “Didengernya enak gitu mas ya, gimana ya, seni itu kan luas ya mas, nah dari jenis musik pun kita juga bisa menemukan kebebasan dalam berimajinasi dan bahkan menciptakan notasi musik yang lebih bervariasi.” Terang Dwi dalam momen tanya jawab sore itu.

Penampilan TEATERING di panggung Malang Nominor Fest – Photo by : Ramadhan Satria
Progressive Metal memberi mereka ruang untuk mengeksplorasi dan menawarkan sesuatu yang baru bagi telinga para pendengarnya. Hingga artikel ini ditulis, Theatering telah menelurkan 13 lagu original yang mencerminkan perjalanan mereka di industri musik. Mereka juga telah merilis sebuah Extended Play (EP) yang bisa dinikmati di berbagai platform musik digital. Saat ini, mereka masih terus melanjutan full albumnya yang ditargetkan akan rampung pada pertengahan tahun 2025.
Mereka sering mendengar cerita dari mulut kemulut tentang bagaimana dinamika musik Kota Malang dulu di era 90’an, beberapa berpendapat bahwa Kota Malang ini dulu gudangnya musisi berbakat, khususnya di ranah rock dan underground. Dari situlah Theatering berharap bisa terus bertahan, konsisten dan terus berkontribusi penuh di dunia musik Indonesia khususnya Kota Malang. Mereka terus berangan – angan, andai saja Kota Malang ini kembali ke masalalu sebagai salah satu barometer musik rock / underground di Indonesia yang “mbois” dan “sangar”. Bahkan mungkin tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia.