Dalam dunia musik metal yang dinamis, nama Wartruth muncul sebagai salah satu pendatang baru yang membawa misi khusus: menyuarakan peradaban anti peperangan. Band ini terbentuk pada pertengahan 2018, diinisiasi oleh Samid dan Sumsick yang kemudian mengajak Adhe, Amy, dan Helly untuk bergabung dalam sebuah proyek baru. Nama Wartruth sendiri merupakan hasil voting dari para personel, yang menyederhanakan kata “war and truth” (perang dan kebenaran). Awal Terbentuknya Wartruth dari latar belakang musik setiap anggota yang berbeda beda, sehingga Wartruth muncul menciptakan sebuah perpaduan musik yang unik. Samid datang dari ranah Metalcore, Sumsick berakar dari Death Metal, sementara Adhe, Amy, dan Helly membawa pengaruh Heavy Metal yang lebih klasik.
Inspirasi musik mereka berasal dari berbagai band metal internasional seperti Inflames dan At The Gates, juga band-band lokal seperti ANORMA. Misi utama Wartruth adalah menyuarakan perlawanan terhadap perang dan ketidakadilan, entah itu invasi dengan dalih agama, sumber daya alam, atau dunia politik. Musik mereka adalah bentuk protes terhadap segala bentuk penindasan. Lewat lirik-lirik mereka, Wartruth mengekspresikan kekecewaan terhadap realita yang mereka lihat di dunia.
Wartruth sudah memiliki banyak pengalaman bermain dipanggung – panggung yang cukup besar, namun dua yang paling berkesan bagi mereka adalah ketika mereka menjadi salah satu band yang terpilih untuk tampil di Submision RockinSolo pada 2023 dan saat mereka tampil di Malang Nominor Fest beberapa waktu lalu di MCC Malang. Dalam acara tersebut, mereka merasa terhormat bisa bertemu dengan para “veteran metal” yang telah lebih dulu mengisi scene musik underground di Indonesia di era 90’an. “Acara itu menjadi momen penting bagi kami, selain bisa manggung, kami juga bisa bersilaturahmi dengan para om-om dan bapak-bapak metal yang konsisten di jalurnya,” ujar Helly dengan semangat.
Mereka sering berkumpul di rumah salah satu personil atau di studio musik di daerah Kedung Kandang, tempat mereka sering berdiskusi dan berbagi ide dengan band-band lokal lainnya. Proses kreatif dimulai dengan diskusi dan eksperimen bersama-sama. “Kami biasanya ngumpul di rumah salah satu personil untuk membahas lagu bareng-bareng. Mulai dari mencari riff riff gitar, melody, lirik, hingga konsep konsep baru dalam sebuah musik,” ungkap Sumsick. Di situlah mereka merancang aransemen lagu dan memperkuat kebersamaan sebagai sebuah band.

Adhe vokalis dari Wartruth – Photo by : Ramadhan Satria
“Untuk masa depan, Wartruth berharap bisa menyebarkan pesan positif mereka ke seluruh Indonesia, dan kalau bisa, tampil di panggung internasional seperti di Amerika atau Swedia.” Celetuk samid sambil tertawa. Mereka juga melihat perkembangan musik metal di Indonesia sangat pesat, dengan banyak band baru yang muncul dan memiliki skill yang luar biasa. “Metal di Indonesia berkembang pesat, banyak band modern yang skill-nya patut diacungi jempol,” tutur Amy. Namun, tantangan terbesar bagi mereka bukanlah dari luar, melainkan dari dalam band sendiri. Ego masing-masing personil terkadang menjadi hambatan, namun mereka percaya bahwa dengan komunikasi yang baik, mereka bisa tetap solid dan terus berkarya. “Ego masing-masing itu tantangan terbesar kami, tapi kami berusaha menyikapinya dengan dewasa agar bendera Wartruth tetap berkibar,” kata Adhe.
Dengan semangat anti-perang dan musik yang memadukan berbagai genre metal, Wartruth siap melangkah lebih jauh di dunia musik. Mereka berharap bisa terus menciptakan karya-karya yang tidak hanya menghentak, tetapi juga menginspirasi para pendengar untuk merenungkan makna di balik perang dan kebenaran. Musik Metal, bagi Wartruth, adalah medium yang tidak hanya memberi semangat, tetapi juga menyebarkan energi positif bagi semua yang mendengarnya.