Penulis : Ivan Syahroni
Gunung Kawi: Surganya Budaya dan Sejarah yang Nggak Boleh dilewatkan!
Pernah dengar Gunung Kawi? Yaa, salah satu tempat keren di Kota Malang yang menyimpan segudang cerita tentang sejarah dan budaya khas Indonesia. Bayangin aja, kamu bisa langsung nyemplung ke dunia tempo dulu dengan nuansa budaya dan berbagai tradisi unik yang ada disana.
Berdasarkan letak geografisnya Gunung Kawi yang terletak di Desa Wonosari ini berada diketinggian 800 mdpl, tepatnya 40km dari pusat Kota Malang. Gunung Kawi sudah terkenal sejak tahun 1900-an. Nggak heran kalau banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang penasaran pengen ngunjungin tempat ini. Apa sih yang bikin Gunung Kawi spesial?
Pengalaman Sejarah dan Budaya yang Nggak Bakal Terlupakan
Di sini, kamu bakal diajak untuk mengenal lebih dekat dengan berbagai upacara adat yang masih sering dilakukan oleh masyarakat sekitar. Salah satu yang paling terkenal adalah tahlil akbar yang diadakan setiap malam Kamis Kliwon dan juga Peringatan Haul Eyang Djoego yang digelar rutin pada 1 Selo (Kalender Jawa). Biasanya dalam tiap upacara ritual tersebut diawali dengan tembang macapat dan pementasan wayang kulit, kemudian dilanjutkan dengan Khatmil Quran / Tahlilan, baru kemudian dilanjutkan dengan kirab sesaji yang dilakukan oleh keluarga besar dan warga setempat. Nggak cuma warga sekitar, banyak juga wisatawan yang ikut berpartisipasi dalam rangkaian acara ini.
Selain itu, kita juga harus belajar tentang bagaimana sejarah Gunung Kawi yang cukup panjang. Banyak cerita menarik dan misterius yang bisa kita gali lebih dalam. Salah satu yang paling fenomenal adalah kisah dari Eyang Djoego, tentu orang malang pasti sudah sering mendengar nama ini. Beberapa literasi mengatakan Eyang Djoego adalah seorang pengembara asal Yogyakarta Jawa Tengah yang memiliki nama asli Kanjeng Kyai Zakaria II.

Wisata Pesarean Gunung Kawi – Photo : Zaed
Dalam cerita singkatnya, nama Eyang Djoego atau Mbah Jugo yang tenar di wilayah Wonosari kaki Gunung Kawi tersebut karena kearifan beliau dan kemampuannya dalam bidang ilmu agama. Keampuhan ilmu yang dimiliki serta kepribadiannya yang suka menolong sesama tersebut membuatnya makin dihormati dan disegani oleh warga sekitar. Cerita menarik berikutnya yaitu pada perkiraan tahun 1860an, dimana telah terjadi wabah penyakit di desa Sonan. Kondisi saat itu berhasil membuat masyarakat sekitar panik karena penguasa Belanda yang berada disana tidak mampu mengatasinya, hingga kemudian mbah Jugo dengan keampuhannya berhasil menyingkirkan wabah penyakit tersebut. Sejak itu pula nama mbah Jugo atau Eyang Djoego semakin kondang di Gunung Kawi, hingga akhirnya beliau sering melayani berbagai keluhan masyarakat terkait agama, bercocok tanam, beternak, berdagang dsb.
Dengan semua keindahan dan kearifan lokal yang ada, sebagai generasi berikutnya tentu kita harus menjaga kelestarian yang ada di Gunung Kawi. Sebagai penghunjung, kita harus menghargai dan merawat setiap tradisi budaya dimanapun tempatnya.
Editor : biasmedia.id