Penulis : Ivan Syahroni
Halo sahabat teater! Kali ini kita akan membahas tentang acara Marcapada Ganesha Unikama loh. Ada yang tau gak, apasih Marcapada Ganesha itu? Marcapada Ganesha merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Satrasia, acara ini berisi tentang berbagai serangkaian kegiatan seperti penampilan musik tradisional karawitan, penampilan tari tradisional Jawa timur-an, dan pementasan Teater.
Tema yang diusung dalam acara ini adalah “Pesthi” yang mana dalam bahasa Jawa memiliki arti bahwa semua kejadian yang terjadi di dunia ini sudah mempunyai kepastiannya masing-masing. Marcapada Ganesha Unikama diselenggarakan di Aula Sarwakirti pada tanggal 9 Januari 2025, acara tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa saja, tetapi para dosen, alumni, serta ada banyak khalayak umum dari berbagai kalangan yang juga hadir untuk menonton acara ini.

Dari banyaknya serangakaian acara tersebut, apasih acara yang paling menarik?
Ya…..Paling menarik adalah acara pementasan Teaternya. Dalam acara tersebut ada 3 jenis pementasan Teater yang dipertunjukkan, yang pertama adalah Teater drama musikal (Tuan mengendarai Batara kala), Teater kontemporer (batas-batas sunyi) dan Teater Sendratasik (sub pinesthi kondur). Dari ketiga Teater ini kita akan membahas tentang Teater kontemporer yang berjudul “Batas-batas sunyi”.
Apa sih yang menarik dari Teater kontemporer tersebut? Dan mengapa judulnya Batas-batas sunyi?
Menurut sang sutradara Teater ini merupakan bentuk ekspresi yang perlu disampaikan kepada banyak orang tentang keresahan yang dirasakan oleh kebanyakan remaja. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa saat ini masih sangat banyak remaja yang tidak memiliki tingkat kepercayaan diri pada diri mereka. Hal ini disebabkan karena pembatasan kreativitas mereka oleh sebagian orang tua, jadi para remaja saat ini memiliki mental yang kurang baik. Contoh sederhananya saja mereka minim kepercayaan diri, enggan mencoba hal-hal baru, dan tidak ada ketertarikan untuk keluar dari zona nyaman. “Saya menyusun naskah ini sesuai dengan keresahan yang saya rasakan, yakni tentang keresahan yang saya alami dan mungkin juga dirasakan oleh kebanyakan remaja di luar sana.” Ujar sang sutradara.
Garis besar cerita dalam Teater Batas-batas sunyi ini , menceritakan tentang penderitaan yang dialami remaja masa kini. Penderitaan dalam arti mental buruk mereka, tetapi pada akhir cerita sang sutradara menyampaikan pesan moral yang mana pesan tersebut berisikan tentang, “Jika kalian merasa dibatasi dan merasa bahwa semua orang meremehkan kalian maka bangkitlah. Saat kalian bangkit kalian akan sadar, bahwa ketakutan-ketakutan tersebut tidak disebabkan oleh orang lain, tetapi ketakutan-ketakutan tersebut berasal dari pikiran kalian sendiri”.