Musik dalam arti luas merupakan sebuah media universal yang didalamnya berbicara menggunakan berbagai macam bahasa, gaya dan juga dapat menyuarakan isi hati dari para pencipta maupun penikmatnya, dalam hal lain mungkin bisa juga melambangkan suatu kebudayaan tertentu. Harmonisasi yang di munculkan dari nada-nada dalam sebuah aliran musik tertentu dapat memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmatnya, hal ini terlihat dari bagaimana para penikmat musik tersebut mengikuti setiap style yang dibawakan oleh musisi atau band-band yang menjadi favorit mereka masing-masing. Mulai dari bagaimana cara berpakaian, model rambut, aksesoris yang mereka kenakan, bahkan gaya hidup yang dijalani musisi atau band itu pun juga tidak luput dari sorotan para penggemarnya. Sehingga kemudian muncul anggapan bahwa semakin familiar sebuah aliran musik atau band tertentu, maka pengaruhnya juga akan semakin besar terhadap respon seseorang yang mana dalam hal ini adalah pelaku atau penikmat musik.

Vokalis Antiphaty tampil all out dengan rambut Mohawk dalam acara Launching Album Primitive Chimpanzee (Photo by : Ramadhan Satria)
Secara spesifik musik dirangkai untuk mengeksplorasi sebuah interaksi social, karena selalu memiliki makna yang potensial didalamnya baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan luar. Musik merupakan bagian dari seni dan fenomena sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Seperti yang terjadi saat ini musik sudah tidak lagi menjadi sebatas hiburan, melainkan sudah menjadi bagian dari kebutuhan atau bahkan gaya hidup seseorang. Musik merupakan sesuatu yang harus dipahami dan diperhatikan dengan seksama terkait dengan proses perkembangan pribadi manusia itu sendiri.
Proses mendengarkan musik merupakan bentuk dari komunikasi afektif yang dapat memberikan pengalaman emosional tersendiri pada diri seseorang, seperti yang dikatakan Gabrielson dan Lindstorm dalam (Djohan – Psikologi Musik,2009) bahwa karakteristik musik seperti modus, irama, dan tempo yang dirasakan pendengar dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi. Kemudian ditambahkan juga oleh Getter dan Streisand (1995), bahwa musik juga penting dalam kehidupan social dan pribadi remaja. Pendengar musik khususnya remaja dapat tertarik pada aliran musik tertentu karena mereka memiliki karakteristik kepribadian yang khas dan kebutuhan yang direfleksikan dalam musik pilihan mereka. Remaja juga menggunakan musik untuk mengembangkan hubunganya dengan teman sebaya, menyatakan kepribadian, dan mempelajari hal-hal yang tidak mereka peroleh dari orang tua dan sekolah (Schwartz, 2003)
Pada hakekatnya manusia sebagai individu pasti mempunyai keinginan atau harapan dalam pencapaian hidupnya. Disini kesamaan minat tentunya menjadi faktor utama tiap-tiap individu untuk menjalin ikatan dengan orang lain, seperti membentuk sebuah perkumpulan maupun komunitas-komunitas tertentu tanpa melihat latar belakang, agama, ras, pendidikan, maupun fisik seseorang. Manusia adalah mahluk social yang dalam kehidupannya selalu terlibat dalam interaksi dengan individu lainnya, yang artinya dalam berinteraksi tidak akan lepas dari sebuah kelompok. Carolina dan Jusman (1993 : 1-2) mengatakan bahwa didalam kelompoklah manusia mulai belajar berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut terlihat pada keseharian manusia yang selalu menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan kelompok, dididik dalam kelompok, bermain dalam kelompok, belajar dalam kelompok, bekerja dalam kelompok dan seterusnya. Itu sebagai bukti bawasannya kelompok memang digunakan manusia sebagai sarana atau wadah untuk mengembangkan potensi diri dan juga aktualisasi diri.

RAW POWER : Menjadi tempat berlabuh untuk meluapkan ekspresi para penikmat musik cadas. (Photo by : Ramadhan Satria)
Dominasi kaum remaja yang dipenuhi akan rasa keingintahuan mereka yang besar terhadap sesuatu yang dianggapnya menarik kemudian juga kontribusi media massa sebagai perantaranya dalam menyampaikan sesuatu yang baru secara global dan menyeluruh membuat berbagai macam fenomena selalu berkembang seiring waktu dan terus berjalan. Semua itu terkait dengan kebebasan berekspresi yang dimiliki pada masing-masing individu, karena tindakan atau perilaku yang ekspresif tersebut memang disalurkan melalui karya-karya seni seperti halnya puisi, novel, tari-tarian, begitu juga dengan musik. Sesuai dengan makna lain komunikasi social yaitu komunikasi ekspresif yang memang dapat dilakukan baik sendiri maupun dalam sebuah kelompok, komunikasi yang dimunculkan secara ekspresif akan menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan atau emosi seseorang baik secara verbal maupun non-verbal.
Jika kita berbicara mengenai remaja tentu tidak akan pernah selesai, ini karena keterkaitan antara permasalahannya dengan berbagai hal terutama dengan proses pemenuhan kebutuhan diri mereka yang selalu berubah-ubah, baik secara psikologis maupun fisik mereka. Seperti yang dikatakan oleh Muhammad Ali dan Mohammad Asrori, bawasannya seorang remaja sudah mampu berpikir secara abstrak, emosinya yang menggelora dengan penuh semangat, dan juga mempunyai hubungan social yang kuat dengan menunjukkan toleransi kepada orang lain, terutama teman sebayanya. Djohan juga mengatakan bahwa Secara spesifik, rangkaian musik juga berfungsi untuk mengeksplorasi sebuah interaksi social dari makna-makna potensial yang dimiliki. Sebagai contoh, remaja yang terlibat dalam aktifitas musik, akan menginterpretasikan aktifitas tersebut sebagai sesuatu yang berbeda, karena aktifitas musik yang kolektif tersebut tidak memiliki ancaman potensi konflik (Djohan, 2005).

Penampilan penuh ekspresif dibawakan backing vokal dari Efek Rumah Kaca (Photo by : Ramadhan Satria)
Berkaitan dengan segala problematika yang ada pada diri seorang remaja tentu tidak lepas dari kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapai pada diri seorang remaja. Salah satunya adalah aktualisasi diri yang mana merupakan kebutuhan tertinggi pada diri manusia setelah pemenuhan aspek fisiologis, rasa aman, rasa saling memiliki, kebutuhan akan penghargaan, barulah kemudian memasuki tahap akhir seperti pemenuhan segala potensi diri, bakat, serta semua penggunaan kapasitas dan kualitas secara penuh yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah orang yang merasa dirinya berada dalam posisi “kemerdekaan psikologis”, seperti kemampuan mereka berani mengambil keputusan sendiri sekalipun melawan pendapat khalayak ramai dan juga mereka tidak segan menolak kebudayaan mereka jika memang tak sejalan dengan pandangan mereka.
Tidak jarang kebanyakan dari mereka mengadopsi kebudayaan dari luar secara menyeluruh yang kemudian berimbas pada pengabaian kebudayaan daerahnya sendiri. Hal – hal seperti ini sangat sering terjadi karena secara emosional remaja menginginkan sebuah kebebasan dalam kehidupannya, seperti halnya dari orang tua maupun orang dewasa lainnya. Pada prinsipnya mereka ini ingin sekali diakui dan mereka hanya ingin terus mencoba untuk bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Pernyataan khusus sebagai bentuk kebebasannya antara lain seperti menentukan cara berpakaian, menentukan jenis musik yang digemari, gaya rambut, atau bahkan bahasa-bahasa khusus yang tentunya hanya di mengerti oleh kalangan anak remaja (Soesilo windradini, 1982: 148) dalam Winita Suyatmo.
Namun disatu sisi kita harus mengerti dan menyadari bahwa semua itu merupakan bagian dari proses dimana mereka hanya mencoba untuk mengaktualisasikan dirinya dengan cara mencoba terus menggali potensi-potensi diri yang terpendam didalamnya untuk suatu tujuan yaitu perkembangan mental dan tentunya penemuan jati diri mereka masing – masing. Akan tetapi disisi lain tingkat kesadaran terkait kebudayaan asli milik sendiri juga harus tetap diperhatikan, baik dalam hal seni, kepribadian, pola berfikir dan kesadaran dalam menelaah setiap informasi baru yang masuk.